Sejarah Akuntansi Syari’ah
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu
bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hokum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolute. Sebagai bagian dari ilmu
pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan metode
baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu akuntansi tersebut.
Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli
matematika seperti kluca Paciolli dan Musa Al-Khawarizmy. Akuntansi yang kita
kenal sekarang di klaim berkembang dari peradaban barat (sejak Paciolli)
padahal apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan perkembangannya,
terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya yunani
maupun Arab Islam.
Perkembangan akuntansi dengan domain arithmetic qualitynya sangat
ditopang oleh ilmu lain khususnya arithmetic, algebra, mathematichs, alghoritm
pada abad ke 9M. ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa.
Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh filosofi Islam yang terkenal yaitu
Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801M. juga Al Karki (1020)
dan Al-Khawarizmy yang merupakan asal kata dari alqhorithm, algebra juga
berasal dari kata Arab yaitu “al jabr”. Demikian juga penemuan Al-khawarizmy
yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 830M, yang sudah diakui oleh
Hendriksen penulis buku”Accounting theory” merupakan sumbangan arab Islam
terhadap akuntansi. Kita tidak bisa membayangkan apabila neraca disajikan
dengan angka romawi, misalnya angka 1843 akan ditulis MDCCCXLIII. Bagaimana
jika kita menyajikan neraca IBM yang memerlukan angka triliunan? Sebenarnya, Al
Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan matematika
modern Eropa. Akuntansi Modern yang dikembangkan dari persamaan algebra dengan
konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian harta
warisan secara adil sesuai dengan syari’ah yang ada di AlQur’an, perkara hokum
dan praktik bisnis perdagangan.
Sebenarnya, sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui keberadaan
akuntansi Islam itu, misalnya RE Gambling, William Roget, Baydoun,Hayashi dari
jepang dan lain lain. Seperti Paciolli dalam memperkenalkan system double entry
melalui ilmu matematika. System akuntansi dibangun dari dasar kesamaan
akuntansi Aset=Liabilittas+Ekuitas. Karena aljabar ditemukan pertama tama oleh
ilmuwan muslim di zaman keemasan Islam, maka sangat logis jika ilmu akuntansi
juga telah berkembang pesat di zaman itu, paling tidak menjadi dasar perkembangannya
(Nurhayati, 2013: 80-81).
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak
zaman prasejarah, keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat
makanan dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada saat
musimdingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan” maka pada
saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal
sistem moneter (monetery system). Bukti tentang pencatatan (bookkeeping)
tersebut dapat ditemukan dari mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir
dan kode- kode Hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan
pencatatan akuntansi di Elba, Syria Utara.
Walaupun akuntansi telah dimulai zaman prasejarah, saat ini kita
hanya mengenal Luca Paciolli sebagai Bapak Akuntansi Modern. Paciolli, seorang
ilmuwan dan pengajar di beberapa universitas yang lahir di Tuscany- Italia pada
tahun 1445, merupakan orang yang
dianggap menemukan persamaan auntansi untuk pertama kali pada tahun 1494
dengan bukunya: Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita (A Review of
Arithmetic, Geometry dan Proportions). Dalam buku tersebut, beliau menerangkan
mengenai double entry book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern,
bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini
seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memorandum. Pada penjelasan
menegenai buku besar telah termasuk mengenai aset, utang, modal, pendapatan dan
beban. Ia juga telah menjelsakan mengenai ayat jurnal penutup (closing entries)
dan menggunakan neraca saldo (trial balance)
untuk mengetahui saldo buku besar (ledger). Penjelasan ini memberikan
dasar yang memadai untuk akuntansi, etika juga akuntansi biaya. Sebenarnya, Luca
Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping system,
mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara
Venice dan Genoa pada awal abad ke- 13 M setelah terbukanya jalur perdagangan
antara Timur Tengah dan kawasan Mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 bendahara
kota Massri telah melakukan pecatatan dalam bentuk double entry. Hal ini pun
diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan apa yang
telah terjadi di Venice sejak satu abad sebelumnya.
Menurut Peragallo, orang yang menuliskan double entry pertama kali
adalah seorang pedagang yang bernama Benedetto Cotrugli dalam buku Della
Mercatua edel Mercate Perfetto pada tahun 1458 namun baru diterbitkan pada
tahun 1573. Menurut Vernon Kam (1990), ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman
Feodalisme Barat. Namun, setelah dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi
ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah
dikenal akuntansi. Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah
dikenal Islam sejak abad ke- 9 M. Ini berarti bahwa ilmu matematika yang
ditulis Luca Paciolli pada tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena sudah
dikenal Islam 600 tahun sebelumnya. Dalam buku
“Accounting Theory”, Vernon Kam
(1990) menulis: “Menurut sejarahanya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan
double entry muncul di Italia pada abad ke- 13. Itulah catatan yang paling tua
yang kita miliki mengenai sistem akuntansi “double entry” sejak abad ke- 13
itu. Namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya”.
Hendriksen, dalam buku “Accounting Theory” menulis: “...the introduction of
Arabic Numerical greatly facilitated the growth of Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan
Arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat besar. Dapat kita catat
bahwa penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu
akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada
metode pencatatan akuntansi. Bahkan mungkin mereka yang memulainya. Bangsa Arab
pada waktu itu sudah memiliki administrasi yang cukup maju, praktik pembukuan
telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodik dan
penutupan buku. Majunya peradaban sosial budaya masyarakat Arab
waktu itu tidak hanya pada aspek ekonomi atau perdagangan saja, tetapi juga
pada proses transformasi ilmu pengetahuan yang berjalan dengan baik. Selain
aljabar, Al Khawarizmy (logaritma) juga telah berkembang ilmu kedokteran dari
Ibnu Sina (Avicenna), kimia karya besar Ibnu Rusyd (Averos), ilmu ekonomi (Ibnu
Khaldu) dan lain- lain. Jadi pada masa itu Islam telah menciptakan ilmu murni
atau pure science (aljabar, ilmu ukur, fisika, kimia) dan juga ilmu terapan
atau applied science (kedokteran, astronomi dan sebagainya).
Menurut Littleton (dalam Boydoun, 1959) perkembangan akuntasi di
suatu dipengaruhi oleh perkembangan pada saat atau periode waktu tersebut dan
masyarakat lainnya. Mengingat bahwa Paciolli sendiri telah mengakui bahwa
akuntansi lebih dilakukan satu abad sebelumnya dan Venice sendiri telah menjadi
salah satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka kemungkinan bahwa
telah terjadi pertukaran informasi dengan para pedagan muslim yang telah
mengembangkan hasil pemikiran dari ilmuwan muslim. Lieber (dalam Boydoun,
1968), menyatakan bahwa para pemikir di Italia memiliki pengetahuan tentang
bisnis yang baik disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya. Bahkan, Have
(1976) mengatakan bahwa Italia meminjam konsep double entry dari Arab. Para
ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar, terutama danaya
penemuan angka nol dan konsep perhitungan desimal. Mengingat orangorang Eropa
mengerti aljabar dengan menerjemahkan tulisan dengan bangsa Arab, tidak
mustahil bahwa merekalah yang pertama kali melakukan book keeping (Heaps dalam
Napier, 2007). Para pemikir Islam itu antara lain: Al Kashandy, Jabir Ibnu Hayyan, Ar Razy, Al Bucasis, Al Kindy, Al
Khawaizmy, Avicenna, Abu Bacer dan Al Mazendarany. Transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada masyarakat Arab menarik sejumlah
kalangan ilmuwan dari Eropa seperti Leonardo Fibonaccida Pisa yang melakukan
perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah. Dialah yang mengenalkan angka Arab dan
aljabar atau metode perhitungan ke benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang
berjudul “Liber Abacci” serta memasyarakatkan penggunaan angka Arab tersebut
pada kehidupan sehari- hari termasuk
dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan. Semantara teknik tata buku berpasangan
di Eropa itu sendiri dimulai pada tahun 1135 M di Palermo, Sicily, Italia yang
menunjukan dominasi pengaruh pencatatan pembukuan Arab. Selain dari bangsa
Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang- pedagang Muslim pun tak kalah
andilnya di dalam mensyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Ini dimungkinkan,
mengingat kekuasaan Islam saat itu telah menyebar hampir separuh daratan Eropa
dan Afrika, dari Jazirah Arab meluas ke Byzantium, Mesir, Suriah, Palestina,
Irak (Mesopotamia, Persia, seluruh Afrika Utara) berlanjut ke Spanyol dengan
penyerbuan pasukan yang dikomandani Panglima Jabal Thariq (kemudian dikenal
dengan selat Giblartar), ke Italia dan daerah- daerah Asia Timur sampai
perebatasan Cina.
Terjadinya proses transformasi ilmu pengetahuan tadi, juga
dimungkinkan mengingat Al-Qur’an yang menyerukan semua orang untuk berdakwah.
Kota- kota yang berada di wilayah
kekuasaan Islam tersebut seperti Kairo, Alexandria, Damsyik, Baghdad merupakan
pusat perdagangan internasional yang cukup pesat dan ramai. Melalui perdagangan
inilah kebudayaan dan teknologi mslim tersebar di Eropa Barat, Amalfi, Venice,
Pisa dan Genoa merupakan pelabuhan utama dan terpenting yang menghubungkan
perdagang dari pelabuhan pedagang muslim di Afrika Utara dan Laut Tengah bagian
timur, ke kota- kota Kristen seperti Barcelona,
Konstantinopel dan Acre. Apa yang dilakukan oleh Luca Paciolli memiliki
kemiripan dengan apa yang telah disusun oleh pemikir muslim pada abad ke- 8- 10
M.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati, 2013, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Salemba IV,
Jakarta.Sofyan, Syafri, harahap, 1997, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Mohammad akhyar Adnan dan Michael Grafikin, The Syari’ah.
Husein Syahatah, 2001,
Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Ushul FikrinAlMuhasabi Al-Islami), alih
bahasa khusnul Fatarib. Cet.1 (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana)
Abdur Razzak Lubis, 2001, “kemandirian moneter, dalam Muhammad
Ismail Yusanto dkk. Dinar Emas, solusi Krisis Moneter, cet.1
(Jakarta: PIRAC, SEM Institute, Infid)
Sigit Purnawan Jati, 2001 : “Seputar Dinar dan Dirham, Dalam Muhammad
Ismail Yusanto dkk (ed.), Dinar Emas, solusi Krisis Moneter, cet.1
(Jakarta:PIRAC, SEM Institute, Infid)